cover
Contact Name
Yaqzhan
Contact Email
yaqzhanjurnal@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
yaqzhanjurnal@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
ISSN : 24077208     EISSN : 25285890     DOI : -
Jurnal Yaqzhan adalah jurnal ilmiah yang fokus dalam publikasi hasil penelitian dalam kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini terbit secara berkala dua kali dalam setahun pada bulan januari dan juli. Jurnal Yaqzhan terbuka umum bagi peneliti, praktisi, dan pemerhati kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini dikelola oleh Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jurnal ini pertama kali terbit pada tahun 2015.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2021)" : 10 Documents clear
TEORI GENERATIF TRANSFORMATIF NOAM CHOMSKY (STUDI ATAS HADIS NABI TENTANG WABAH) M. Yusuf; Dian Aulia Nengrum
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8216

Abstract

Hadis merupakan salah satu sumber ajaran agama Islam. Nabi Muhammad saw. menyampaikan hadis kepada para sahabat sebagai salah satu pewaris Nabi, dengan jumlah yang cukup banyak dan tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua para sahabat Nabi juga dapat menghadiri majlis pada saat Nabi menyampaikan suatu hadis. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya redaksi hadis yang berbeda namun memiliki makna yang sama. Artikel ini bertujuan menganalisis hadis Nabi tentang wabah dengan teori generative transformative yang diusung oleh Noam Chomsky. Dalam artikel ini penulis memaparkan dua hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad dengan redaksi yang hampir sama, namun jika dilihat secara seksama ada beberapa redaksi hadis yang berbeda, baik berupa ziyadah/addition maupun ihlal/replacement.
STUDI KOMPARASI ANTARA KONSEP KEBAHAGIAAN AFEKTIF DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI BARAT MODERN DAN KONSEP MUḤĀSABAH IMAM AL-MUHĀSIBĪ Cep Gilang Fikri Ash-Shufi; Agus Mulyana
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8076

Abstract

Para Psikolog Barat Modern mengonsepsikan kebahagiaan sebagai evaluasi afektif, yaitu evaluasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan. Sementara Imam Al-Muḥāsibī menyebut bahwa kebahagiaan seseorang terletak pada keimanannya. Untuk menjaga kebahagiaan beliau menganjurkan untuk senantiasa menghisab diri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan konsep kebahagiaan afektif dalam pandangan psikolog modern, lalu ditinjau dari segi konsep muḥāsabah Imam al-Muḥāsibi yang memiliki relevansinya dengan kebahagiaan. Hasilnya bahwa kebahagiaan yang menggunakan standar empiris dan bersifat materialistik semata merupakan kebahagiaan semu dan berujung dengan problem kemanusiaan seperti stress dan bunuh diri. Sementara kebahagiaan yang diusahakan dengan menjaga keimanan melahirkan pribadi yang tenang, tentram dan menyambungkan kebahagiaan di dunia dengan akhirat.
MAḤABBAH DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SUFISTIK (Kajian Terhadap Qur’an Surat Âli ‘Imrân Ayat 31-32) Muhamad Zaenal Muttaqin
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8323

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana pandangan para mufassir sufi dalam menafsirkan maḥabbah yang terdapat pada QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Maḥabbah yang sejak lama menjadi pembahasan dalam ilmu Tasawwuf juga menjadi perhatian serius para mufassir sufi. Ini dibuktikan dengan penjelasan mendalam tentang hal itu yang dilakukan mereka ketika menafsirkan QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Dengan menggunkan kajian kepustakaan terhadap beberapa Tafsir Sufistik, dapat disimpulkan bahwa maḥabbah secara umum merupakan kecondongan jiwa seorang hamba kepada Dhat yang Maha Sempurna. Ketika seorang hamba mampu meraih hakikat maḥabbatillâh, maka ia akan selalu taat terhadap semua yang diperintahkan Allah kepadanya tanpa adanya sedikitpun paksaan dalam dirinya. Karena sejatinya, konsekuensi dari maḥabbah seorang hamba kepada Allah Swt. adalah ketaatan kepada Dhat yang dicintainya. This paper examines how the views of mufassir sufi interpreting maḥabbah contained in QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. Maḥabbah, which has long been the subject of discussion in Sufism, has also become a serious concern of mufassir sufi. This is evidenced by depth explanation of what they did when interpreting the QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. By using library research of several sufistic Interpretations, it can be concluded that maḥabbah generally is inclination soul towards Allah, The Most Perfect One. When someone is able to achieve the essence of maḥabbatillâh, then he will always obey all Allah commanded without the slightest compulsion in him. In fact, the consequence of maḥabbah to Allah Swt. is obedience to the Dhat he loves.
MAKNA RITUAL KLIWONAN TAREKAT ASY SYAHADATAIN DI DESA PANGURAGAN WETAN KECAMATAN PANGURAGAN KABUPATEN CIREBON Bisri Bisri; Sandra Yulia
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.7888

Abstract

AbstrakRitual kliwonan merupakan tradisi yang dilakukan tarekat Asy-Syahadatain secara turun temurun, selain kegiatan pengajian dan tawasulan. Ritual kliwonan dilaksanan setiap satu bulan sekali yaitu pada hari Kamis yang bertepatan malam Jum’at kliwon. Penelitian ini selain menekankan pada “Bagaimana proses ritual kliwonan tarekat Asy Syahadatain, juga menggali tentang apa makna dari ritual kliwonan tersebut bagi jamaah Asy-Syahadatain”. Tujuan penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan proses namun juga tentang makna dari ritual kliwonannya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan fenomenologi. Adapun penelitian ini merujuk pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Emile Durkheim mengenai konsep agama. Konsep Durkheim mengenai agama, pun tidak terlepas dari gagasannya tentang agama sebagai bagian dari fakta sosial. Maksudnya Durkheim mempunyai pandangan bahwa “fakta sosial” jauh lebih fundamental dibandingkan dengan fakta individu. Teori-teori yang dikemukakan Durkheim tentang agama mengenai Upacara Agama (Ritual). Totem merupakan simbol yang paling mudah dikenali oleh suku kelompok, totem merupakan lambang dari suku: perasaan-perasaan yang dibangkitkan oleh adanya kolektifitas yang menghubungkan diri dengan totem tersebut. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa pada awalnya Abah Umar selaku guru mursyid dan pendiri awal tarekat Asy-Syahadatain melaksanakan pengajian rutin tiap malam jumat. Namun setelah beliau wafat, kemudian digantilah oleh penerusnya menjadi Kliwonan, namun pengajian mingguan tiap malam jumat tetap berjalan. Kliwonan dimulai dari ba’da Dzuhur yaitu sholat Dzuhur berjama’ah, wirid, ceramah, ziarah, kemudian dilanjut dengan sholat Ashar berjama’ah, pengajian. Makna daripada kliwonan tersebut ialah untuk selalu mengenang Guru mursyid Abah Umar dengan senantiasa menghidupkan dan meneruskan ajaran Asy-Syahadatain yang dibawakan oleh Abah Umar dalam mencapai upaya menuju jalan kepada Allah.
PENDEKATAN DESIGN THINKING DALAM MEMAHAMI STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN MENURUT IMAM AL GHAZALI Agung Bayuseto; Asep Pahmi; Denden Matin Dayyin; Ghina Raudhatul Jannah; icha agustina
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.7881

Abstract

This research bases on  the structure of science according to Imam Al Ghazali. Research method uses is qualitative through p Libraries and field studies with design thinking approach. The result and discussion of this research bases on science explanation, knowledge as human needs,  and knowledge concept according to Imam Al Ghazali. Thus, the researcher conclude that knowledge is the most important in islamic. Therefore, knowledge is primary needs for human in particularly as a caliph. In addition, knowledge is the most important for human sustainability on earth. Keyword: Design Thinking, Structure, Science, Knowledge
KAJIAN HERMENEUTIKA INTERPRETASI AL-ADAB FII MAJLISI AT-TA’ALLUMI KITAB TANBIHUL MUTA’ALLIM KARYA KH. AHMAD MAISUR SINDI ATTURSIDY (Analisis Etik, Moral Dan Akhlak Di Dalam Majelis Pembelajaran) Syarif Hidayat; Wachid BS Abdul
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.7813

Abstract

ABSTRAK: Kitab tradisional yang menjadi kekayaan intelektual dunia pesantren sungguh teramat banyak. Kemampuan literatur dunia pesantren sangat teruji, terbukti dengan munculnya banyak kitab kajian di dunia pesantren. Khazanah ilmu di dunia pesantren, menjadi topik tersendiri yang menarik untuk dikaji. Kitab Tanbihul Muta’allim adalah salah satu kitab yang produk pesantren yang dikaji di berbagai pondok. Kitab dengan focus kajian pada kegiatan belajar mengajar ini adalah salah satu pedoman di dalam kegiatan belajar dan mengajar di pondok pesantren. Ruang lingkup kajian dititik beratkan pada adab / etika yang harus dimiliki oleh guru dan murid. Hubungan di antara keduanya di atur sedemikian rupa dengan tujuan akan menghasilkan produk pesantren (santri) yang memiliki kekayaan akhlak, sebagai sabagai salah satu indicator keberhasilan Pendidikan pesantren.Melihat fenomena munculnya tindak kekerasan siswa terhadap guru, maka sangat perlu penataan secara sistemik di dalam mendefinikan ulang hubungan antara guru dan murid. Oleh karena itu, pembelajaran di pondok pesantren, sangat mengedepankan akhlak, sehingga tidak jarang kita melihat begitu mencoloknya penanaman akhlak dibanding dengan Lembaga formal. Kajian hermeneutika ini, diharapkan mampu membedah aspek nilai dan impact dari kitab tanbihul mutaallim tersebut.Kata kunci: etik, Hubungan guru-murid, dan penanaman.
PENGARUH TASAWUF ISLAM DALAM KONSEP KEDAMAIAN UNIVERSAL (SULH-I KULL) SULTAN MUGHAL JALALUDDIN AKBAR Gumilar - Irfanullah
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8364

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk melacak pengaruh ajaran dan doktrin tasawuf Islam terhadap konsep pemikiran sulh-I kull yang digagas oleh sultan kerajaan Mughal ke-3, Jalaluddin Muhammad Akbar pondasi dari kebijakan politik-keagamaannya selama ia berkuasa. Akbar tidak saja dikenal karena prestasi militernya yang besar karena semakin memperluas pengaruh kesultanan Mughal di India, tetapi juga karena pemikiran-pemikiran dan kebijakan keagamaannya yang kontroversial. Melalui sulh-I kull, Akbar meyakini bahwa rakyatnya tidak perlu diperlakukan secara berbeda hanya karena perbedaan etnisitas dan agama. Akbar memandang bahwa umat Muslim dan Hindu, juga umat lainnya di India, tidak berhak memonopoli kebenaran dan berbuat zalim kepada orang lain karena alasan perbedaan agama. Untuk memahami bagaimana Akbar menyerap ajaran-ajaran dan doktrin tasawuf falsafi, tulisan ini menggunakan teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan seseorang bisa didapat melalui konstruksi pemikiran yang ia serap dari pengalaman langsung dan pemikiran yang sudah ada. Menggunakan studi pustaka sebagai metode, tulisan ini menemukan kesamaan antara substansi sulh-I kull milik Akbar dan ajaran universal dan egaliter yang diwariskan oleh para tokoh sufi falsafi, khususnya yang terejawantah dalam doktrin wahdah al-wujud. Tulisan ini menemukan bahwa meskipun secara tidak langsung Akbar membaca karya-karya sufi terdahulu, Akbar menyerapnya melalui internalisasi ajaran itu yang ia dapatkan melalui diskusi dan dialog dengan banyak tokoh sufi di masanya. Akbar juga melakukan perenungan-perenungan saat berziarah ke makam ulama-ulama sufi yang berasal dari tarekat Chishtiyah yang memang mewarisi doktrin wahdah al-wujud di wilayah India.Kata Kunci: Sulh-I Kull, Tasawuf Falsafi, Sultan Akbar
TRADISI MUJAHADAH PEMBACAAN DZIKIR RATIB AL-‘ATTAS DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL BANAT CIREBON: STUDI LIVING QUR’AN Nurkholidah Nurkholidah; Achmad Lutfi; Wati Herningsih
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.8354

Abstract

Raudlatul Banat Islamic Boarding School has routine activities in the form of recitation of dzikir Rātib Al-‘Aṭṭās, which contains three elements, namely selected verses of the Qur’an, prayer of the prophet, and prayer of choice. This study uses descriptive qualitative methods with the type of research Field Research and Library Research. The result of the research in this paper can reveal that the mujahadah tradition of reciting dzikir Rātib Al-‘Aṭṭās is a socio-religious practice that developed in Raudlatul Banat Islamic Boarding School. The activity is carried out routinely every Wednesday night, which is the routine of Abah Hud bin Yahya during his lifetime with senior clerics and Kyais in the hall of Raudlatul Banat Islamic Boarding School. After Abah Hud died, the routine was continued by his son, namely H. Syarif Ahmad Tholib Yahya. Meanwhile, the routines of the santri were held on the Sunday night of the evening at the Raudlatul Banat Islamic Boarding School. The significance of the mujahadah tradition is the reading of the remembrance of Rātib Al-‘Aṭṭās at Raudlatul Banat Islamic Boarding School based on the sociology theory of Karl Mannheim knowledge there are three categories of meaning obtained, namely the objective meaning as the family routines of Abah Syarif Hud bin Yahya and santri, Expressive meaning as practice that draws closer to God and the form of obedience to the teacher, as well as the meaning of the documentary as a whole culture. Then some of the transformations felt by the perpetrators include a calmer heart, facilitated all his affairs by Allah SWT, launched his sustenance, granted all his desirer, and protected from all vices.. 
MENGUPAS SEJARAH FILSAFAT ILMU DI BARAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN Rian Rokhmad Hidayat; muya barida; Fattah Hanurawan
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.7639

Abstract

Perkembangan filsafat yang terekam di belahan bumi dapat ditemukan berdasarkan kajian filosofis yang mendalam. Artikel ini bertujuan untuk mengupas sejarah filsafat barat yang sangat berpengaruh dalam pemikiran-pemikiran seluruh aspek kehidupan manusia. Kajian dimulai dari periode filsafat alam, filsafat klasik, zaman pertengahan, renaisans, filsafat modern, periode pencerahan, abad 19, dan abad 20. Selain itu, artikel juga sedikit mengupas implikasi filsafat barat dalam kehidupan secara personal-sosial, negara berdasarkan Pancasila, dan praktik layanan bimbingan dan konseling. Hasil analisis ditemukan bahwa setiap periode memiliki pemikiran oleh para tokoh-tokohnya yang dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi, serta jawaban untuk menjawab kebutuhan pada setiap periode. Akan tetapi hal yang sangat vital untuk dijaga bahwa bagaimanapun pemikiran yang diberlakukan pada masing-masing periode, Allah tidak dapat dilepaskan dari jiwa dan raga manusia.
SOSIALITAS MANUSIA PERSPEKTIF MARTIN BUBER DAN RELEVANSINYA DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA Muhammad - Yunus
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v7i1.7631

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali konsep sosialitas manusia dalam pemikiran Martin Buber dan berupaya melihat relvensi konsep tersebut terhadap nilai-nilai pancasila. Rumusan pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep sosialitas manusia dalam perspektif filsafat Martin Buber?, dan  bagaimana relevansi konsep tersebut dalam kaitannya dengan nilai sila-sila pancasila?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber datanya adalah kepustakaan seperti jurnal, buku dan dokumen lain yang relevan. Data dianalisa dengan metode hermeneutic yang terdiri dari unsur deskripsi dan interpretasi. Hasil penelitian menemukan (1) Martin Buber membagi relasi manusia menjadi tiag jenis yaitu, Aku-Itu, Aku-Dia dan Aku-Engkau. Relasi Aku-Engkau adalah model relasi yang tepat dalam pergaulan antar sesama karena dalam relasi jenis ini manusia saling mengadakan bukan sebaliknya. Relevansi konsep Martin Buber terhadap pancasila yaitu sebagai berikut: Pertama, Engkau bagi Martin Buber tidaknya hanya terbatas pada manusia namun juga mengacu kepada Tuhan. Konsep ini relevan dengan sila ketuhanan. Kedua, dalam relasi Aku-Engkau terefleksikan bahwa aku harus memperlakukan orang lain sebagaimana aku ingin diperlakukan. Kedua,  dalam hal ini berlaku sila ke-2 yaitu anti dehumanisasi. Ketiga, Aku-Engkau sebagai pasangan yang saling mengadakan adalah berbeda dalam kesatuan dan bersatu dalam perbedaan (Sila ke-3). Keempat, dialog yang berorientasi pada sikap saling memahami, tanpa memaksakan kehendak pribadi, win-win solution, adalah nilai sila ke-4 pancasila yang juga terkandung dalam pemikiran Martin Buber. Kelima, relasi Aku-Engkau mensyaratkan manusia untuk adil, yang berarti memberikan apa yang menjadi haknya, tanpa diskriminatif.

Page 1 of 1 | Total Record : 10